EKOLOGI

Ekologi sebagai cabang biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah pengkajian organisme – organisme di tempat tinggalnya. Ekologi didefinisikan sebagai pengkajian organisme – organisme atau kelompok – kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme – organisme hidup dengan lingkungannya.
         Ekologi berdasar sudut pandang pengkajiannya dibedakan menjadi autekologi dan synekologi. Autekologi kajiannya lebih berfokus pada individu organisme atau spesies, sedangkan synekologi membahas pengkajian golongan atau kumpulan organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan. Studi tentang Harimau Jawa dan faktor penyebab berkurangnya populasi adalah contoh autekologi sedangkan studi keragaman hayati di Cagar Alam Nusa Barong adalah contoh synekologi.

Sistem Ekologi (EKOSISTEM)
         Sistem adalah komponen – komponen yang secara teratur berinteraksi dan saling tergantung membentuk suatu keseluruhan yang satu. Ekosistem adalah satuan fungsional dasar dalam ekologi yang meliputi komponen biotic dan abiotik yang masing – masing saling mempengaruhi.
Komponen abiotik adalah komponen tidak hidup yang diantaranya adalah tanah, air, udara, rezim iklim, serta termasuk didalamnya adalah bahan – bahan/senyawa – senyawa anorganik dan organik. Komponen biotik dalah komponen adalah komponen makhluk hidup yang meliputi 6 kingdom yaitu tumbuhan, hewan, jamur, protista (alga/ganggang, mirip jamur dan mirip hewan), monera ( archeabacteria, eubacteria, dan cyanobacteria) dan virus.
Komponen biotik secara fungsional sebagai produsen, konsumen dan pengurai. Produsen adalah organisme autotrof yang dapat mensintesa makanan sendiri dari senyawa anorganik, baik dengan bantuan cahaya (fotoautorof) maupun senyawa kimia (kemoautotrof). Konsumen organisme heterotrof yang memperoleh makanan dari makhluk hidup lain, baik secara fagositas (memangsa) maupun sacara parasit. Berdasar kelompok makanannya dibedakan menjadi herbivore (pemangsa tumbuhan), karnivora (daging) dan omnivora (tumbuhan dan daging). Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan senyawa organik menjadi senyawa anorganik dari organisme mati, sehingga pengurai seringkali disebut juga sebagai organisme saprofag (“memakan”sampah), dekomposer (pengurai) dan detritus.
Hubungan antara komponen abiotik dan biotik terlihat dalam proses makhluk hidup dalam memperoleh energi dan materi bagi kehidupannya serta pola ruang tempat tinggal atau keberadaan suatu organisme.
Makhluk hidup dalam memproses energy tergambar dalam rantai makanan dan jaring – jaring makanan. Proses makan – dimakan dalam satu seri berurutan disebut rantai makanan. Kenyataannya rantai makanan di alam tidak berlangsung sederhana, tetapi saling keterkaitan antar rantai makanan, urutan pemangsa yang saling bertaut antar rantai makanan disebut jaring – jaring makanan, kompleksitas jaring – jaring makanan akan mempengaruhi stabilitas ekosistem.
Urutan pemngsa menyebabkan ada organisme disebut konsumen tingkat I, II dan seterusnya. Tata urut ini jika dimasukkan produsen disebut tingkat trofik. Tingkat trofik yang disusun bertingkat disebut piramida makanan.
Pola hubungan antar organisme mengakibatkan adanya pola asosiasi atau simbiosis antar mkhluk hidup. Bentuk simbiosis dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Simbiosis
Dampak
Organisme I
Organisme II
Mutualisme
+
+
Komensalisme
+
0
Parasitisme
+
-
Predator
+
-
Kompetisi
-
-
Amensalisme
-
0
Neutralisme
0
0
Protocooperasi
+
+
Rantai dan jaring – jaring makanan juga mengandung pengertian perpindahan energi dan materi. Energi dalam ekosistem berpindah dalam bentuk arus energi dengan mrngikuti hukum Thermodinamika I yaitu energi tidak dapat diciptakan dan dimusnakan dan hukum thermodinamika II yaitu dalam proses perubahan energi tidak berlangsung 100%. Pemahaman ini melahirkan konsep hemat energi. Materi dalam ekosistem berpindahan dalam bentuk siklus/daur, artinya materi dapat kembali ke dalam sistem untuk untuk dimanfaatkan kembali. Siklus materi seringkali disebut sebagai siklus bio-geo-kimia karena materi berubah atau berpindah pada komponen biotik dan abiotik dalam bentuk komposisi kimia bumi.
         Rantai makanan dan jaring – jaring makanan juga mengindikasikan bahwa keberadaan suatu organisme disuatu tempat bukanlah suatu kebetulan. Setiap organisme membutuhkan tempat hidup (habitat) dan setiap organisme mempunyai peran (niche) dalam habitatnya. Kondisi ini menyebabkan terjadinya sebaran populasi yang mengumpul dalam populasi besar, tersebar atau menyebar dalam populasi – populasi kecil.
         Hubungan timbal balik dalam ekosistem pada kondisi mantap akan membentuk suatu keseimbangan yang disebut homeostatis, dimana dinamika ekosistem tetap terjadi namun berlangsung seimbang. Gangguan sampai kadar tertentu terhadap ekosistem dapat memulihkan (menyehatkan) dirinya sendiri secara alami akibat gangguan sampai kadar tertentu. Kemampuan memulihkan dirinya ini disebut daya lenting berarti semakin baik ekosistem dalam menanggapi gangguan. Gangguan ekosistem dapat berupa perusakan dan pencemaran. Gangguan yang melebihi daya dukung ekosistem menyebabkan ekosistem tidak mampu melenting kembali pada kondisi keseimbangan awalnya, akibatnya keseimbangan ekosistem berubah, yang berarti juga ekosistem berubah. Gangguan (perusakan & pencemaran yang parah) akan membuat ekosistem harus “tumbuh” kembali untuk membentuk keseimbangan baru, proses ini dikenal dengan istilah suksesi. Proses suksesi adalah proses yang membutuhkan waktu.
Indonesia Megabiodeversity, Indonesia kaya keragaman hayati, 10% makhluk hidup dunia ada di Indonesia yang luasnya Cuma 1/75 luas dunia, hal ini terjadi karena Indonesia memiliki kurang lebih 75 macam ekosistem.
Ekosistem tersusun atas komponen abiotik dan biotik dengan dua faktor pembatas utama yaitu Hukum Minimum Leibig dan Hukum Toleransi Shelford. Hukum Minimum Leibig menggambarkan bahwa komponen abiotik dalam jumlah sedikit akan menentukan bentuk ekosistem yang terjadi, sedangkan hukum Toleransi Shelford akan menggambarkan makhluk hidup apa yang akan tinggal dalam ekosistem tersebut karena setiap makhluk hidup mempunyai titik kritikal terhadap lingkungan (titik minimum, titik optimum dan titik maksimum). Daerah dengan jumlah air yang sedikit maka hanya tanaman dan hewan yang tahan kekeringan saja yang akan mampu tinggal ditempat tersebut.
Batas – batas ekosistem seringkali tidak jelas, seringkali tumpang tindih membentuk daerah intersepsi yang disebut ekotone. Ekotone merupakan daerah yang kaya atas jenis karena seringkali mencakup organisme yang ada di kedua belah ekosistem yang berbatasan. Indonesia merupakan daerah ekotone dari Australia & Oriental. Keragaman Indonesia kian kaya keragaman hayati karena selain daerah ekotone, Indonesia dengan wilayah yang luas juga mengakibatkan adanya organisme khas/endemik yang hanya ada di Indonesia.

Ekologi Pembangunan
          Pembangunan membutuhkan modal pembangunan. Sumberdaya Alam baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak diperbarui adalah modal pembangunan. Namun yang harus selalu diingat, bahwa selain sebagai modal pembangunan keberadaan SDA tersebut adalah sebagai komponen penyusun ekosistem. Sebagai penyusun ekosistem komponen tersebut jelas memiliki fungsi akan keberlangsungan suatu ekosistem.
Dahulu pendahulu kita menyatakan 8 modal dasar pembangunan Indonesia salah satunya adalah Sumber Daya Alam (SDA), tetapi sungguh menarik bahwa modal dasar pembangunan tersebut diperas menjadi 5 faktor  dominan, yang mana Sumber Daya Alam lebih dititik beratkan kepada keberagaman Floran dan Fauna. Kenyataan sekarang justru kentara bahwa penitik beratkan kepada Sumber Daya alam yang tidak dapat diperbarui, seperti tambang emas, timah, tembaga, manyak bumi, gas dll.
Indikator Lingkungan dan Pencinta Alam
          Komponen ekosistem dapat menjadi indikator kondisi suatu ekosistem, baik komponen abiotik maupun biotiknya. Hal ini tentunya dapat menjadi kegiatan menarik untuk diperhatikan, syukur diambil datanya oleh seorang pencinta alam yang daya jelajah tidak diragukan. Pulang membawa data.

Burung adalah indikator biologi yang mudah diamati, tentunya kita ingat dengan judul buku silent spring, musim semi yang sepi karena tiada kicau burung. Larva capung adalah indicator biologi untuk air tawar, keberadaannya menunjukkan baiknya kualitas air tersebut. Ganggang hijau biru (cyanobacteria) yang menempel dan mewarnai pepohonan juga batu adalah indikator sehatnya udara. Kekeruhan air sungai adalah indicator erosi daerah tangkapannya. Matinya mat air adalah indikator lingkungan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Interpretasi dan Ekowisata