Membangun Kembali Kesadaran Kritis Generasi Z
Membangun Kembali Kesadaran Kritis Generasi Z
Sebuah kerangka berpikir yang rumit ketika berpikir
bagaimana memberikan sebuah pemahaman berupa penyadaran kritis pada realita
sosial pada orang – orang yang memiliki sumber informasi tanpa batas seperti
saat ini. Ketika kita bicara generasi mana itu adalah generasi muda saat ini. Mereka
adalah generasi yang lahir pada rentan waktu tahun 1995 – 2010 atau biasa
disebut dengan generasi Z atau mereka yang lahir di era booming internet (Benchik &Machova, 2016).
Kenapa mereka yang lahir pada rentan waktu tahun 1996 –
2010 disebut generasi Z. Generasi Z mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam
satu waktu (multi tasking) seperti: menjalankan sosial media menggunakan ponsel,
browsing menggunakan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun
yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil generasi
ini sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kepribadian. (Bencsik, Csikos dan Juhez, 2016).
Kenapa kemudian Generasi Z dianggap perlu untuk membentuk
kembali kesadaran kritisnya. Karena pola hidup yang dibangun sangat
individualis menyebabkan kepekaan sosial akan realita kehidupan sosial
disekitar sosial jauh berkurang atau apatis.
Generasi Z menyukai hal – hal yang bersifat praktis mulai dari tren style dan tren kuliner. Hal tersebut
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang kemudian kurang mendapatkan kontrol
yang baik dari orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya.
Kurangnya fungsi kontrol dari orang tua di rumah, guru
disekolah dan lingkungan tetangga sekitar dalam kesehariannya. Menyebabkan
timbulnya kenakalan remaja yang saat ini sedadng menjamur dikalangan remaja. Seks
bebas, bolos sekolah, dan mencontek tugas adalah salah satu bentuk penyimpangan
yang terjadi. Sebagai akibat dari fungsi kontrol yang kurang terhadap generasi
Z yang mana akses tanpa batas dunia internet sangat cepat dan mudah untuk
ditiru.
Tetapi generasi Z juga memiliki potensi yang luar biasa
jika dapat diarahkan kearah yang positif. Hal tersebut karena generasi Z
terbiasa melakukan banyak hal secara bersamaan atau multi tasking (Lancaster & Willman, 2016). Kemudian menjadi
pertanyaan bagaimana mengarahkan kembali generasi Z kearah yang lebih positif.?
Maka dari itu diperlukan berbagai macam cara membangun kesadaran kritis bagi
generasi sehingga mereka tidak menutup mata akan realita sosial.
Diskusi dan implementasi kemudian menjadi salah satu
kunci penting dalam mengarahkannya. Sebuah diskusi diskursus yang mempersilakan
mereka untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Generasi Z dikenal cukup
sulit menerima kritik karena mereka terlalu individual dan jarang berinteraksi
langsung dalam keseharian sehingga melalukan kritik kepada mereka harus dengan
metode yang baik tanpa membuat mereka merasa tersinggung atau merasa
tersudutkan. Cukup sulit memang menerapkannya tapi jika tidak mereka akan
cenderung lari dari permaslahan yang dihadapi. Hal tersebut terjadi karena
mereka tidak terbiasa akan tekanan.
Itulah mengapa kemudian penting bagi generasi Z dibangun
kesadaran kritis akan realita sosial. Karena jika tidak mereka akan terjebak
dalam kenyamanan individu dan tidak siap menghadapi realita kehidupan sosial
dikemudian hari.
Daftar
Pustaka
Bencsik,
A., & Machova, R. (2016, April). Knowledge Sharing Problems from the
Viewpoint of Intergeneration Management. In ICMLG2016 - 4th International
Conferenceon Management, Leadership and Governance: ICMLG2016 (p.42). Academic
Conferences andpublishing limited.
Dill,
K. (2015). 7 Things Employers Should Know About The Gen Z Workforce, Forbes
Magazin, 11.6. Retrieved March 16, 2016, from http://www.forbes.com/sites/kathryndill/2015/11/06/7-thingsemployers-should-know-about-the-gen-z-workforce/print/.
Bencsik,
A., Csikos, G., & Juhaz, T. (2016). Y and Z Generations at Workplaces.
Journal of Competitiveness, 8(3), 90–106.
https://doi.org/10.7441/joc.2016.03.06.
Komentar
Posting Komentar