Belajar Dari Ujung Timur Pulau Jawa

Belajar Dari Ujung Timur Pulau Jawa


Menjadi sebuah pilihan sulit ketika terbang ke tanah Jawa untuk pertama kali. Melangkah seorang diri melawan ketakutan yang bersarang di kepala. Keputusan telah diambil maka tak ada kata mundur. Pelatihan Meru Betiri Service Camp (MBSC) XVIII itulah yang akan dijalani. Hujan seakan menjadi pertanda penyambutan ketika pertama kali tiba di Jakarta. lalu dilanjutkan dengan Kereta Api menuju Jember Provinsi Jawa Timur selama hampir 24 jam berada didalam kereta. Menggunakan mobil yang di sediakan panitia dari stasiun Jember menuju Balai Besar TN Meru Betiri lebih kurang 15 menit dan beristrahat. 

Jum’at, 3 Februari 2017
Pada pukul 07.45 WIB seluruh peserta melakukan registrasi. Setelah registrasi pada pukul 11.15 WIB upacara pelepasan pembagian kelompok dan penulis pun tergabung kedalam kelompok 10 dengan 14 orang anggota (Gading, Dita, Ilza, Kenyot, Reni, Risa, Sari, Tatap, Wage, Dian, Nizapis, Sawita, Bayu, dan penulis sendiri). Pukul 11.45 WIB seluruh peserta dan panitia naik bus yang telah disediakan panitia sebanyak 3 unit dan berangkat menuju lokasi kegiatan yaitu Resort Desa Sukamade Taman Nasional Meru Betiri. Kemudian dilanutkan menggunakan truk dari sore hingga malam dengan medan jalan yang terjal dan curam serta melewati 3 sungai besar akhirnya pada pukul 23.55 WIB peserta tiba di lokasi Resort Desa Sukamade Taman Nasional Meru Betiri dan melakukan pendirian tenda sesuai dengan kelompoknya masing – masing dan makan setelah itu pun istirahat.

Sabtu, 4 Februari 2017
            Pada pukul 10.00 peserta diperkenalkan dengan MBSC, WIPAB dan TNMB. MBSC yang pertama diselenggarakan tahun 1988, sedang WIPAB adalah Wadah Informasi Pencinta Alam eks-Besuki yang menaungi seluruh Mapala, Sispala dan KPA di wilayah Kabupaten Jember, Banyuwangi dan Situbondo dan menjelaskan juga bahwasannya MBSC adalah pelatihan tingkat dasar bagi kader konservasi.
Pada pukul 10.45 WIB peserta mulai melakukan materi kelas yang pertama dengan dibagi 2 kelas yaitu kelompok 1 – 5 berada dikelas A sedangkan kelompok 6 – 10 berada dikelas B. Materi yang pertama adalah KSDHE (Konservasi Sumberdaya alam Hayati dan Ekosistem) yang disampaikan oleh Deni Mardiono, S.Hut, M.Sc seorang Polisi Hutan di Taman Nasional Meru Betiri. Materi yang disampaikan adalah pengenalan umum mengenai KSDHE.
            Pada Pukul 11.30 dilanjutkan dengan materi Kehutanan Umum yang disampaikan oleh Drh. Agus Ngurah Krisna K., M.Si Kabid di Taman Nasional Meru Betiri. Materi yang disampaikan seputar Kehutanan lebih kepada pengenalan terhadap apa itu kehutanan dan fungsi hutan. pada pukul 14.00 WIB peserta kembali melakukan materi ruang yang kali ini adalah Ekowisata dan Interpretasi dengan pemateri Agus Sugiarto yang bekerja di Songa Adventure Wildlife. Materi kali ini cukup menarik tapi tidak membedah mengupas secara menyeluruh mengenai menyeluruh tapi lebih kepada pengertian dan tahapan dalam ekowisata secara umum.
Pada pukul 16.12 dilanjutkan dengan Materi Flora dan Fauna Indonesia serta materi Rafflesia yang digabung menjadi satu dan disampaikan oleh Puji Firmansyah, yang menjelaskan bahwa terdapat banyak jenis flora dan fauna dan ada juga disebut endemik atau khas yang hanya ada dikawasan tersebut. Ternyata banyak wilayah di Indonesia juga memiliki Bunga Rafflesia bahkan di Meru Betiri dan kebanyakan Rafflesia setiap wilayah berbeda bentuk dan ukurannya. Kemudian dilanjutkan ISHOMA pada pukul 17.35 – 19.07 WIB.
            Pada pukul 19.07 WIB materi pun dilanjutkan dengan materi Penghitungan Karbon yang disampaikan oleh Nugroho Tri Atmojo salah seorang staf di Taman Nasional Meru Betiri. Dalam penyampaian materinya sangat ilmiah yang sebagai orang yang kurang memahami ilmu – ilmu eksata sehingga cukup kesulitan dalam memahaminya.

            Pada pukul 20.30 dilanjutkan dengan materi EKOLOGI yang disampaikan oleh Wahyu Giri atau yang lebih dikenal Cak Giri sebagai salah satu orang yang merintis kegiatan MBSC ini di era-80an dan sekarang mengajar disekolah SMA terkadang Perguruan Tinggi dan aktif di salah satu LSM yang berkantor di Yogyakarta yaitu KAPPALA. Materi yang disampaikan seputar apa itu Ekologi dan fungsi dari pada ekologi.
            Pada pukul 21.45 dilanjutkan dengan Materi Advokasi Lingkungan yang disampaikan oleh Purnawan D. Negara yang juga sebagai salah satu perintis kegiatan MBSC yang sekarang menjadi Direktur WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) Provinsi Jawa Timur. Materi yang disampaikan cukup menarik yang mana berbicara soal apa advokasi dan penjelasan advokasi secara umum. Dan kemudian pukul 23.24 WIB pun istirahat dan tidur.

Minggu, 5 Februari 2017
            Pada pukul 09.09 WIB dilanjutkan dengan materi Pengamatan Masyarakat yang disampaikan oleh Muhammad Toha yang juga salah seorang lulusan di MBSC dan sekarang bekerja sebagai Guru TK dan SD. Dalam materi tersebut beliau menjelaskan tentang pentingnya keterlibatan masyarakat dalam berbagai aktivitas dan aksi yang dilakukan seorang Pencinta Alam bahwasannya kegiatan seorang Pencinta Alam selalu bersentuhan dengan masyarakat.
            Kemudian pada pukul 10.12 dilanjutkan dengan materi Analisa Vegetasi dan Herbarium yang disampaikan oleh Wahyu Giri. Dalam penjelasannya menyampaikan tujuan dan fungsi dan Analisa Vegetasi dan Herbarium dalam dunia Konservasi. Kemudian pada pukul 11.28 WIB dilanjutkan dengan materi Pengenalan Karnivora Besar dan Plaster Cas yang disampaikan oleh Puji Firmansyah yang bekerja di Taman Nasional Meru Betiri. Dalam penyampaian materinya mengenai Pengenalan Karnivora Besar lebih dominan tentang yang ada di Taman Nasional Meru Betiri. Dan berbagai macam proses dalam Pengenalan Karnivora Besar di Taman Nasional Meru Betiri. Kemudian pukul 12.30 WIB dilanjutkan dengan ISHOMA hingga pukul 14.26 WIB.
            Kemudian Pukul 14.29 WIB dilanjutkan dengan materi Global Warming yang disampaikan oleh Wahyu Giri. Dalam penjelasannya mengenai global warming apa itu global warming, karena apa global warming terjadi dan dampaknya dari Global Warming. Kemudian pada pukul 15.24 dilanjutkan dengan materi Pengamatan Burung yang disampaikan oleh Animan Hed Tu yang bekerja sebagai Tenaga UPKP Semi Alami di Resort Desa Sukamde Taman Nasional Meru Betiri. Dalam penjelasannya bahwasannya Pengamatan Burung menjagi bagian penting guna mengetahui kondisi lingkungan sekitar.
            Pada pukul 16.02 WIB dilanjutkan dengan materi Pengamatan Penyu yang disampaikan oleh Ahmad Junaidi sebagai THL Fasilitator UPKP Resort Sukamade Taman Nasional Meru Betiri. Dalam penjelasannya menerangkan bahwa penangkaran penyu di Resort Sukamade merupakan penangkaran penyu terbaik di Indonesia. Selain itu juga menjelaskan tentang tahapan dalam pengamatan penyu. Pada pukul 18.02 WIB seluruh peserta ISHOMA dan akan dilanjutkan dengan Aplikasi Pengamatan Penyu pada pukul 21.00 WIB.
Pada pukul 21.00 WIB seluruh peserta menuju kantor Resort TNMB dan diberikan kembali arahan mngenai teknik pada saat Pengamatan Penyu
a.       Jarak aman apabila menjumpai penyu sedang beraktifitas, penyu hijau ±20 meter, penyu lekang ±15 meter, penyu sisik ±15 meter, penyu belimbing ±25 meter. Melakukan pengamatan secara periodik setiap 15 menit dengan posisi dibelakang penyu dengan jarak 1 – 3 meter secara berhati – hati dengan tidak menyalakan cahaya, tidak membuat suara berisik.
b.      Bila menemukan penyu bertelur, tim memberikan tanda (berupa ajir) dipasang di lubang telur (untuk memudahkan pengambilan telur)
Tindakan yang diambil bila menjumpai sarang telur penyu (penyu sudah turun ke laut), mencatat sector, habitat, vegetasi.

Sekitar pukul 22.00 WIB seluruh peserta berjalan sesuai dengan kelompok menuju pantai. Setelah berjalan tanpa penerangan selama lebih kurang 30 menit akhirnya tiba dititik dimana terdapat penyu mendarat dan sedang berjalan menju kelaut kembali dan menurut petugas penyu tersebut tidak bertelur melainkan hanya observasi dan kembali menuju laut.
Seluruh peserta diintruksikan berbaris dibelakang petugas yang menggiring penyu dari belakang dengan jarak sekitar 3 m dan penerangan hanya pada petugas yang hanya dihidupkan sebentar lalu dimatikan kembali dalam mengambil gambar pun juga dilarang menggunakan sinar sehingga hal tersebut cukup menyulitkan untuk dokumentasi ditambah badai dan hujan rintik membuat semua orang akhirnya menggunakan jas hujan. Setelah penyu meniggalkan bibir pantai seluruh peserta langsung digiring pulang karena cuaca semakin ganas. Hingga akhirnya kembali tiba di Camp pukul 00.30 WIB Dinihari.

Senin, 6 Februari 2017
Pada pukul 06.00 WIB seluruh peserta berangkat dengan kelompoknya masing – masing menuju lokasi Pengamatan Burung yang telah ditentukan panitia. Dan setiap kelompok ditemani dengan satu orang panitia sebagai pendamping. Kelompok 10 mendapatkan bagian dimulai dari muara sungai dipinggir pantai hingga ke lokasi camp. Sesuai dengan arahan pendamping bahwasannya metode yang digunakan dalam pengamatan burung ini adalah transek line,
Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain,
a.       Teropong (Binocular)
b.      Buku Catatan
c.       Alat Tulis
d.      Kamera
e.       Tape Recorder
f.       Checklist pengamatan
g.      Buku Determinasi Burung
h.      Peralatan Pendukung

Informasi yang dicatat dalam pengamatan,
1)      Mencatat semua bagian burung
2)      Membuat sketsa burung
3)      Lokasi pengamatan
4)      Habitat
5)      Cuaca
6)      Vegetasi
7)      Waktu
8)      Tanggal
9)      Luas daerah pengamatan
10)  Spesies burung
11)  Jumlah burung
Metode Pengamatan
1)      Metode Transek Line
Metode ini biasanya digunakan untuk sensus burung dan juga satwa liar. Garis transek merupakan suatu petak contoh dimana seorang pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis burung yang dilihat baik jumlah maupun jarak dengan titik pengamatan. Metode transek ini dapat sekaligus untuk mencatat data  dan beberapa jenis burung. Wilayah yang dijadikan sampling dibagi menjadi beberapa jalur dengan jarak tiap jalur 1 km.
Contoh form pengamatan saat sensus burung,
Nama pengamat
:………………………………….
Hari/tgl/bln/Thn
:………………………………….
Cuaca
:………………………………….
Lokasi
:………………………………….
Tipe Habitat
No
Nama Burung
Nama ilmiah
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
Titik 5 
























Jumlah







Adapun rumus untuk untuk menghitung frekuensi relatif, adalah :
Frekuensi Relatif = jumlah individu        x 100%                                   
                                Jumlah total burung
Dominasi Relatif = jumlah titik hitung yang ditemukan (jenis x)    x 100%
Jumlah titik hitung




Pada Pukul 09.00 WIB satu persatu kelompok peserta mulai kembali ke lokasi camp dan langsung mendapatkan aba – aba dari panitia untuk makan, karena pagi tadi saat sebelum melakukan pengamatan tidak sarapan.
 Pada pukul 09.16 WIB dilakukan kegiatan Sarasehan bersama kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri yaitu Pak Kholid Indarto, Ketua FK3I (Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia)  Korda Jawa Timur Mas Ari Restu dan Koordinator WIPAB (Wadah Informasi Pencinta Alam eks-Besuki) Mas Matyas Cataur Wibowo (Mas Blendes). Dalam kesempatan tersebut Pak Kholid menyampaikan pentingnya sinergi para pemangku kawasan konservasi dan para kader konservasi dalam upaya pelestarian kawasan konservasi. Ma Ari Restu menyampaikan bahwasannya kader konservasi memiliki peranan penting dalam ikut menjaga dan bersinergi bersama para pemangku kawasan konservasi sehingga kawasan konservasi dapat benar – benar terjaga dengan baik. Sedangkan Mas Blendes menyampaikan bahwasannya MBSC ke-XVIII ini menjadi momentum penting bagi dunia konservasi karena banyak melahirkan kader – kader konservasi tingkat pemula yang baru, dan menjelaskan bahwa MBSC adalah pelatihan konservasi tingkat pemula. Sarasehan tersebut berlangsung hingga pukul 13.00 WIB dan di akhiri dengan foto bersama.
Pada pukul 14.00 WIB dilakukan aplikasi materi Analisa Vegetasi dan Herbarium serta juga Pengamatan Karnivor Besar dan Plaster Cas. Dalam aplikasi tersebut perkelompok dan didampingi oleh satu orang pendamping panitia dan kelompok 10 di dampingi oleh Mas Dullah.
Analisa Vegetasi dan Herbarium
Dalam Analisa Vegetasi digunakan metode sebagai berikut,
Metode Garis Berpetak
      Langkah:
     Buat garis kompas
     Buat petak ukuran berikut untuk masing kriteria tegakan :
      seedling (A)                               : 2 x 2 m2
      sapling (B)                                 : 5 x 5 m2
      poles (C)                                    : 10 x 10 m2
      dominan/pohon (D)                   : 20 x 20 m2
      Catat semua nama pohon (meski jenisnya sama) yang terdapat pada setiap petak sesuai dengan kriteria.
      Untuk pohon dan poles catat diameter/kelilingnya, untuk seedling dan saling catat diameter tajuk/kanopi
Analisa vegetasi akan dapat menduga kerapatan tumbuhan dalam hutan, sebaran tumbuhan, luas lahan yang ditumbuhi pohon serta mengetahui seberapa penting peranan tumbuhan tertentu dalam ekosistem.
      kerapatan tumbuhan dalam hutan,
      sebaran tumbuhan,
      luas lahan yang ditumbuhi pohon
      serta mengetahui seberapa penting peranan tumbuhan tertentu dalam ekosistem.
Parameter
a.       Kerapatan (Desnsity), berapa banyak (pohon/Ha)
b.      Dominasi, berapa luas lahan yang ditumbuhi pohon (m2/Ha)
c.       Frekuensi, sebaran tumbuh (mengelompk/seluruh)
d.      Indeks Nilai Penting, peran dalam ekosistem
Pembagian strata vertikal suatu hutan dan penentuan kriteria tegakan terjadi beda pendapat dari beberapa ahli. Salah satu kriteria adalah:
Seedling (semak)      : tinggi  <  ½ m
Sapling                      : tinggi  ½  -  2 m
Poles                         : tinggi  >  2m dengan  Æ < 15cm (keliling < 47,1 cm)
Pohon (dominan)      : tinggi  >  2m dengan  Æ ≥ 15cm (keliling ≥ 47,1 cm)
Herbarium
Adapun bagian – bagian tumbuhan yang digunakan untuk herbarium antara lain bagian generative (buah/bunga), daun, kulit batang, akar dan sebagainya. Semakin bangyak bagian yang dikumpulkan maka akan semakin mempermudah dalam pengidentifikasian jenis tumbuhan.
Alat dan bahan
·         Alcohol 70% atau formalin 0,04% (herbarium basah)
·         Parang/pisau
·         Kapas
·         Kertas karton
·         Isolasi
·         Bamboo penjepit/sesek
·         Alat tulis
·         Plastic
·         Bagian tumbuhan yang akan diherbarium
Cara kerja :
·         Ambil bagian tumbuhan yang akan diherbarium, diusahakn diambil langsung dari pohonnya dan selengkap mungkin.
·         Olesi bagian tumbuhan tersebut dengan alcohol 70% agar mikroorganisme (jamur/bakteri) yang melekat mati sehingga tahan lama.
·         Beri label dengan mencatat menegnai nama tanaman (bila sudah tahu), habitat/lokasi, ukuran pohon, sistem percabangan dan tanggal pengambilan.
·         Letakkan bagian tumbuhan yang telah diolesi diantara kertas Koran yang dijepit dengan bambu/sesek (herbarium kering), sedangkan untuk herbarium basah  bagian tumbuhan dimasukkan dalam botol atau tempat yang berisi formalin 0,04%.
Pengamatan Karnivora Besar & Plaster Cas
Teknik Perekaman Data Temuan Karnivor Besar yang digunakan dalam aplikasi ini adalah,
1)      Plasther Cast
Tentukan terlebih dahulu apakah jejak ditanah layak untuk dicetak. Hal tersebut dilihat dari kedalaman jejak, jika terlalu tipi kedalaman jejak maka tidak layak untuk dicetak, maka sebaiknya gunakan Blat/plastic transparan. Apabila layak maka berseihkan serasah yang menutupi jejak dengan hati – hati jangan sampai mengubah bentuk jejak. Kemudian siapkan pembatas untuk membuat ring disekitar jejak. Lebihkan lebarnya sekiar 2 – 3 cm dan ketebalannya sekiatr 2 cm dari ukuran jejak yang asli. Terakhir siapkan bahan untuk mencetaknya yaitu, serbuk Gibsum, air, tempat mencampur dan pengaduk.
Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut,
a.       Tuangkan serbuk gibsum kedalam wadah. Perkirakan banyaknya serbuk gibsum cukup untuk menutupi seluruh jejak.
b.      Tambahkan air kedalam serbuk gibsum secukupnya jangan terlalu cair dan terlalu kental. Sebab jika terlalu cair akan lama keringnya dan jika terlalu kental akan terlalu cepat kering dan kemungkinan adanya bagian yang berlum tercetak dengan baik;
c.       Aduk adonan hingga benar - benar rata tercampur antara air dan gibsum.
d.      Tuangkan kedalam jejak sampai penuh dan merata sesuai dengan ring yang telah disiapkan.
e.       Setelah agak kering lakukan pencatatan : nama lokasi, tanggal temuan, nama hewan pemilik jejak, bagian kaki kiri atau kanana, jenis tanah dan jika perlu sertakan titik koordinat.
f.       Setelah dipastikan benar – benar (gibsum sudah dingin dan tidak panas lagi). Ambil cetakan dengan mencongkel tanah bagian bawah.
2)      Blat (mencetak diplastik transparan)
Perekaman dengan menggunakan blat untuk menyalin jejak atau bekas cakaran pada pohon. Adapun langkah – langkahnya,
a.       Lakukan pengukuran terlebih dahulu semua bagian cakaran panjang dan lebar.
b.      Tutupi plastic transparan keatas bekas cakaran yang akan direkam. Buatlah hingga plastic posisi plastic tidak berubah pada saat perekaman. Lalu gambar dengan spidol bagian bekas cakaran sebisa mungkin sesuai dengan ukuran aslinya.
c.       Pencatatan yang dilakukan : nama lokasi temuan, tanggal temuan dan ukuran.

Aplikasi materi tersebut berlangsung hingga pukul 17.45 dan dilangsungkan dengan diskusi hasil aplikasi per kelompok dan untuk di presentasi pada malam keakraban dan juga latihan yel yel yel perkelompok hingga pukul 19.00 WIB.
            Pada pukul 20.55 WIB dilangsungkan Malam Keakraban hingga pukul 23.46 WIB. Diisi dengan penampilan yel – yel setiap kelompok dan diakhiri dengan yel – yel panitia serta perkenalan panitia dan WIPAB.

Selasa, 7 Februari 2017
Pada pukul pukul 06.00 WIB panitia dan peserta berangkat menuju lokasi pelepasan tukik dipinggir pantai dan setiap peserta dan panitia berbaris disepanjang pantai untuk melakukan pelepasan tukik setiap orang mendapatkan 1 ekor tukik untuk dilepas, pelepasan tersebut berlangsung hingga pukul 07.00 WIB dan seluruh panitia dan peserta melakukan aksi bersih dan membawa sampah ketempat penampungan yang sudah disediakan didekat pantai. Kemudian seluruh peserta dan panitia berjalan menuju camp dan dilanjutkan dengan packing dan bersih – bersih kawasan camp, kemudian dilakukan upacara penutupan pada pukul 10.30 WIB dan kemudian dijemput oleh truk pada pukul 11.00 WIB dan berangkat pulang menuju Balai Besar Taman Nasional Meru Betiri dan tiba di Balai Besar Taman Nasional Meru Betiri pukul 22.00 WIB.
Alam mengajarkan pelajaran yang sangat berharga, menjadi guru dan juga tempat bagi manusia untuk belajar. Semua terjawab segala kerisauan akan ketakutan yang terbayang dan menghantui tak sekalipun kutemui. Menguji diri dengan berjalan sendiri membuat kau sadar siapa dirimu sebenarnya.  

Komentar

  1. Gambling in Las Vegas (LasVegas) - Mapyro
    Explore 10 restaurants, 10 bars and a casino at 파주 출장샵 Gambling in Las Vegas, 창원 출장마사지 NV. 경상북도 출장샵 The hotel itself is a bit of a busty 밀양 출장안마 one and features an 제주 출장안마 enormous

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Interpretasi dan Ekowisata